PERKEMBANGAN EMOSI, SOSIAL, KREATIVITAS DAN MORAL PADA MASA SEKOLAH

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

Foto Liputan Festival Film Pendek

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

Foto Liputan Festival Film Pendek

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

Foto Liputan Festival Film Pendek

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

Official Website Universitas Muhammadiyah Purworejo

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions..

Selasa, 24 April 2012

Pertumbuhan Fisik pada Remaja dan Permasalahannya



PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERTUMBUHAN FISIK REMAJA DAN PERMASALAHANNYA


Anggota Kelompok 3:
1.      Nafi Nur                       (102120091)
2.      Indah Wahyu Utami       (102120087)
3.      Teguh Supriyati            (102120101)
4.      Sati Asalia                    (102120099)
5.      Pratiwi                         (102120095)
6.      Wening Pramudyastuti   (102120104)
7.      Adam Dwi Nugroho       (102120072)

Kelas IV C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2012


KATA PENGANTAR

       Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Makalah ini untuk memenuhi mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang berjudul “Pertumbuhan Fisik Remaja Dan Permasalahannya”.
     Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik itu dari segi penulisan, isi, dan sebagainya, maka penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah untuk hari yang akan datang.
    Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca.Atas semua ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang tidak terhingga,semoga segala bantuan dari semua pihak mudah-mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh Allah SWT.
                                                                                                Purworejo,     Juni 2011
                                                                                                                                                                                                                                                       Penyusun





PENDAHULUAN
A    Latar Belakang
Dewasa ini, banyak terjadi fenomena yang memprihatinkan di kalangan remaja. Hal tersebut dapat terjadi karena masa remaja merupakan masa yang begitu unik, penuh dengan teka- teki, dilematis, dan sangat rentan. Kami menyebut demikian karena remaja memiliki karakter yang berbeda- beda, kepribadiannya susah ditebak, dan merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa sehingga cenderung untuk coba-coba.
Oleh karena itu, kami menyusun makalah mengenai perkembangan fisik remaja dan permasalahannya, yang diharapkan bisa memberikan pengetahuan yang komprehensif tentang dunia remaja sehingga membantu rekan-rekan sebagai calon pendidik, dalam menjaga, membimbing, dan menghantarkan remaja pada masa depan yang cerah dan menjadi harapan bagi semua insan.
B    Rumusan Masalah
Dilihat dari sudut pandang pentingnya peran remaja dalam kehidupan sehari-hari, maka perlu kita pahami tentang bagaimana pertumbuhan fisik remaja dan berbagai permasalahannya?





PEMBAHASAN

A. Pengertian Pertumbuhan Fisik
Sebelum membahas pengertian dari pertumbuhan fisik, hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari pertumbuhan itu sendiri. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisik secara kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil proses pematangan fungsi dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat pula diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif berkesinambungan. (Enung Fatimah, 2006: 41 )
Hasil pertumbuhan, antara lain bertambahnya ukuran kuantitatif  badan anak, seperti berat, panjang,dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup perubahan yang semakin sempurna pada sistem jaringan syaraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses perubahan dan pematangan fisik. (Fatimah, 2006: 41)
Jadi, istilah pertumbuhan dimaksudkan pertumbuhan dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi-fungsi biologis. Sedangkan yang dimaksud pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja.Perubahan-perubahan ini meliputi: perubahan ukuran tubuh,perubahan proporsi tubuh,munculnya ciri-ciri kelaminyang utama (primer) dan ciri kelamin kedua (sekunder). (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 79)
            Menurut Muss yang dikutip oleh Sarlito Wirawan (Sarlito, 1991: 51) urutan perubahan-perubahan fisik dari eksternal adalah sebagai berikut:
Pada anak perempuan:
1. Pertumbuhan tulang-tulang(badan menjadi tinggi,anggota-anggota badan menjadi panjang).
2. Pertumbuhan payudara.
3. Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan.
4. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya.
5. Bulu kemaluan menjadi keriting.
6. Menstruasi atau haid.
7. Tumbuh bulu- bulu di ketiak.
Pada anak laki-laki:
1. Pertumbuhan tulang-tulang.
2. Testis(buah pelir) membesar.
3. Tumbuh bulu kemaluan yang halus,lurus, dan berwarna gelap.
4. Awal perubahan suara.
5. Ejakulasi (keluarnya air mani).
6. Bulu kemaluan menjadi keriting.
7. Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya.
8. Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis,jenggot).
9. Tumbuh bulu ketiak.
10. Akhir perubahan suara.
11. Rambut-rambut di wajah menjadi tebal dan gelap.
12. Tumbuh bulu di dada.
Adapun perubahan fisik dari internal baik anak perempuan maupun laki-laki yaitu:
1.  Sistem Pencernaan
Perut menjadi panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-otot di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat, dan kerongkongan bertambah panjang.
2.    Sistem Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.
3.     Sistem Pernapasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia tujuh belas tahun, anak laki-laki mencapai tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian.
4.     Sistem Endokrin
Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem endokrin pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
5.    Jaringan Tubuh
Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan belas tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang.
B. Penyebab Perubahan
Penyebab perubahan pada masa remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistem endokrin. Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak mengeluarkan dua macam hormon yang diduga erat ada hubungannya dengan perubahan pada masa remaja. Kedua hormon  itu adalah  hormon pertumbuhan  yang menyebabkan  terjadinya perubahan ukaran tubuh dan hormon gonadotropik  atau sering  disebut  hormon  yang merangsang gonad, yaitu merangsang  gonad  agar mulai aktif bekerja. Tidak berapa lama sebelum saat remaja dimulai, kedua hormon ini sudah mulai diproduksi dan pada saat remaja semakin banyak dihasilkan. Seluruh proses ini dikendalikan oleh perubahan yang terjadi dalam kelenjar endokrin.Kelenjar  ini diaktifkan  oleh rangsangan yang dilkukan  kelenjar  hypothalamus,yaitu kelenjar  yang  dikenal  sebagai  kelenjar  untuk  merangsang  petumbuhan pada saat remaja dan terletak di otak. (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 81)
Meskipun kelenjar gonad atau kelenjar kelamin sudah ada dan aktif sejak seorang dilahirkan, tetapi kelenjar ini seolah-olah tidur dan baru akan aktif setelah diaktifkan oleh hormon gonadotropik dari kelenjar pituitari pada saat si anak memasuki tahap remaja. Segera setelah tercapai kematangan alat kelamin, maka hormon gonad akan menghentikan aktivitas hormon pertumbuhan. Dengan demikian, pertumbuhan fisik akan terhenti. Keseimbangan yang tepat yang tercipta antara kelenjar pituitari dan gonad menimbulkan perkembangan fisik yang tepat pula. Sebaliknya bila terjadi gangguan dalam keseimbangan ini, maka akan timbul penyimpangan pertumbuhan. (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 81)
Selama masa remaja, seluruh tubuh mengalami perubahan, baik di bagian luar maupun di bagian dalam tubuh, baik perubahan struktur tubuh maupun fungsinya. Pada kenyataannya hampir semua bagian tubuh perubahannya mengikuti irama yang tetap, sehingga waktu kejadiannya dapat diperkirakan sebelumnya. Perubahan tersebut tampak jelas sekali pada bagian pertama masa remaja. (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 81)
Adapun perubahan-perubahan fisik yang penting dan yang terjadi pada masa remaja ialah:

Adapun perubahan-perubahan fisik yang penting dan yang terjadi pada masa remaja ialah:

a.       Percepatan Pertumbuhan
Masa dan proses pertumbuhan tidak sama bagi semua remaja. Banyak faktor individual mempengaruhi jalannya pertumbuhan ini, sehingga baik awal maupun akhir prosesnya terjadi secara berbeda. (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 84)
Pada titik awal mulainya pertumbuhan biasanya tidak terdapat banyak berbeda, akan tetapi kecepatan pertumbuhan setiap individu menjadi sangat berbeda sesuai dengan iramanya masing - masing. Jadi, perbedaan individual tentang pertumbuhan tampak dalam perbedaan awal percepatan dan cepatnya pertumbuhan. (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 84)
Bagi anak laki-laki permulaan percepatan pertumbuhan berbeda-beda dan berkisar antara 10,5 tahun dan 16 tahun. Sedangkan remaja perempuan, percepatan pertumbuhan dimulai antara umur 7,5 tahun dan 11,5 tahun dengan umur rata-rata 10,5 tahun. Puncak pertambahan ukuran fisik dicapai pada umur 12 tahun, yakni kurang lebih bertambah 6-11cm setahun. (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 84)     
b.      Proses Kematangan Seksual
Meskipun kematangan seksual berlangsung dalam batas-batas tertentu dan urutan tertentu dalam perkembangan ciri-ciri kelamin sekundernya, tapi kematangan seksual anak-anak remaja berjalan secara individual, sehingga hanya mungkin untuk memberikan ukuran rata-rata dan penyebarannya saja. (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 84)
Ada tiga kriteria yang membedakan anak laki-laki daripada anak perempuan, yaitu dalam hal:
1.                  Kriteria kematangan  seksual
3.    Urutan gejala-gejala kematangan seksual
Pada anak wanita kematangan dimulai dengan suatu tanda kelamin sekunder dengan tumbuhnya buah dada (payudara) yang tampak dan bagian puting susu yang sedikit mencuat. Hal ini terjadi pada usia antara 8 dan 13 tahun. Baru pada stadium kemudian, menjelang menarche, jaringan pengikat disekitarnya mulai tumbuh hingga payudara mulai memperoleh bentuk yang dewasa. Kelenjar payudara baru mengadakan reaksi pada masa kehamilan dengan suatu pembengkakan sedangkan produksi air susu terjadi pada akhir kehamilan. Hal ini merupakan akibat reaksi-reaksi fisiologi yang menyebabkan perubahan - perubahan pada organ-organ kelamin internal dalam hipofise lobus frontalis. (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 86)
Pada anak laki-laki, kematangan seksual dimulai dengan pertumbuhan testes yang dimulai antara umur 9,5 dan 13,5 tahun dan berakhir antara 13,5 dan 17 tahun. Pada usia kurang lebih 15-16 tahun, pada anak laki-laki maupun perempuan pangkal tenggorokannya (jakun) mulai membesar yang menyebabkan pita suara menjadi lebih panjang. Anak laki-laki mengalami hal itu lebih banyak. Perubahan dalam pita suara tadi menyebabkan anak gadis mendapatkan suara yang lebih tinggi dan lebih nyaring, sedangkan suara anak laki-laki berubah menjadi agak berat. Karena pertumbuhan anatomi yang cepat mendahului penyesuaian urat sarafnya (urat sarafnya belum dapat cocok) maka timbullah keadaan yang khas pada anak laki - laki: Terdengarlah suara yang tinggi di antara suara yang lebih berat. Seperti halnya pada petumbuhan anggota-anggota badan, maka keadaan tersebut hanya bersifat sementara tapi dalam waktu itu cukup memberikan alasan untuk frustrasi karena suara tidak mau menaati si pembicara (Monks, 1984: 288).
Dengan bertambahnya berat dan panjang badan, tampak kekuatan juga bertambah. Hal ini tampak lebih jelas pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Pada anak perempuan pertambahan berat badan sebagian besar disebabkan oleh tumbuhnya lemak yang membuat bentuk badan yang khas perempuan. Selanjutnya, bertambahnya berat badan pada waktu ini juga disebabkan oleh pertumbuhan kerangka (membesarnya pinggul) dan hanya sebagian kecil saja disebabkan oleh pertumbuhan karena menjadi kuatnya urat-urat daging. (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 87)
c.       Keanekaragaman Perubahan Proporsi Tubuh
Walaupun tampak adanya keteraturan dan sebelumnya dalam hal perubahan proporsi tubuh, ternyata perubahan itu sendiri memperlihatkan keanekaragaman. (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 87)
Sewaktu masih anak-anak, bentuk tubuh mereka tidak terlalu kentara perbedaannya, tapi pada akhir masa kanak-kanak, saat mulai memasuki tahap remaja, perbedaan bentuk tubuh anatara anak laki-laki dan anak perempuan semakin jelas. Remaja laki-laki cenderung menuju bentuk tubuh mesomorf (cenderung menjadi anak yang kekar, berat, dan segitiga), sedangkan anak perempuan kalau tidak endomorf (cenderung menjadi gemuk dan berat) akan memperlihatkan ciri ektomorf (cenderung kurus dan bertulang panjang). (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 87)
Sekalipun demikian dalam kelompok anak laki-laki dan anak perempuan juga terdapat perbedaan, sehingga tidak dapat dikatakan harus selalu tepat sama. Pada kelompok anak laki-laki mungkin saja ada yang memperlihatkan bentuk tubuh ektomorf atau endomorf dan sebaliknya pada anak perempuan ada yang tubuhnya berbentuk mesomorf. (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 88)
Seperti yang dikemukakan terdahulu, selama masa remaja ini seluruh tubuh mengalami perubahan, baik di bagian luar maupun di bagian dalam tubuh, baik dalam struktur tubuh maupun dalam fungsinya. Hampir untuk semua bagian, ternyata perubahan mengikuti jadwal waktu yang dapat diperkirakan sebelumnya. (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 88)
Jadi, bila sistem endokrin berfungsi normal, maka akan memperlihatkan ukuran tubuh yang normal pula. Sebaliknya bila anak mengalami kekurangan hormon pertumbuhannya, maka akan menjadi kecil seperti orang kerdil, sedangkan yang kelebihan hormon pertumbuhan akan tumbuh menjadi terlalu besar sehingga tidak sesuai dengan anak sebayanya. (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2008: 88)
A.           Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik
Kondisi - kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja, antara lain adalah:
1.      Pengaruh Keluarga
Pengaruh faktor keluarga di sini meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Karena faktor keturunan, seorang remaja dapat lebih tinggi atau panjang daripada remaja lainnya sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibu atau kakeknya tinggi dan panjang. Faktor lingkungan akan membantu menemukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa remaja tersebut. Pada setiap tahap usia, lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh daripada terhadap tinggi tubuh. (Sunarto dan Agung Hartono, 2008: 88)
2.      Pengaruh Gizi
Anak-anak yang memperoleh gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf remaja dibandingkan dengan mereka yang kurang memperoleh gizi. Lingkungan dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan di masa remaja. (Sunarto dan Agung Hartono, 2008: 89)
3.      Gangguan Emosional
Anak yang terlalu sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan, dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitari. Bila terjadi hal demikian, pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya. (Sunarto dan Agung Hartono, 2008: 89)
4.      Jenis Kelamin
Remaja laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada remaja perempuan. Kecuali pada usia antara 12 dan 15 tahun. Remaja perempuan biasanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat daripada remaja laki-laki. Terjadinya perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang dan otot pada remaja laki-laki memang berbeda dari remaja perempuan. (Sunarto dan Agung Hartono, 2008: 89)
5.      Status Sosial Ekonomi
Remaja yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih kecil daripada remaja yang berasal dari keluarga yang status sosial-ekonominya tinggi. (Sunarto dan Agung Hartono, 2008: 89)
6.      Kesehatan
Remaja yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat daripada remaja yang sering sakit. (Sunarto dan Agung Hartono, 2008: 89)
7.      Pengaruh Bentuk Tubuh
Bangun/bentuk tubuh, apakah mesamorf, ektomorf, atau endomorf, akan mempengauhi besar kecilnya tubuh remaja. Misalnya remaja yang bangun tubuhnya mesomorf akan lebih besar daripada endomorf atau anak yang ektomorf, karena mereka memang lebih gemuk dan berat. (Sunarto dan Agung Hartono, 2008: 90)
   Perubahan fisik hampir selalu dibarengi dengan perubahan perilaku dan sikap.Keadaan ini seringkali menjadi sedikit parah karena sikap orang-orang yang berbeda di sekelilingnya dan sikapnya sendiri dalam menghadapi perubahan fisik itu. (Sunarto dan Hartono, 2008: 90)
   Dalam masa remaja, perubahan yang terjadi sangat mencolok dan jelas sehingga dapat mengganggu keseimbangan yang sebelumnya sudah terbentuk. Perilaku mereka mendadak menjadi sulit diduga dan sering kali agak melawan norma sosial yang berlaku. Oleh karena itu, masa ini sering kali dinamakan sebagai “masa negatif”. Pada saat irama pertumbuhan sudah sedikit lambat dan perubahannya telah sempurna, maka akan terjadi keseimbangan kembali. (Sunarto dan Agung Hartono, 2008: 90)
   Meskipun pengaruh pubertas terhadap anak-anak berbeda-beda, cara mereka melampiaskan gangguan ketidakseimbangan tampaknya sama. Beberapa bentuk pelampiasan yang dapat terlihat adalah mudah tersinggung, tidak dapat diikuti jalan pemikirannya ataupun perasaannya. Ada kecenderungan menarik diri dari keluarga atau teman, lebih senang menyendiri, menentang kewenangan (misalnya orang tua dan guru), sangat mendambakan kemandirian, sangat kritis terhadap orang lain, tidak suka melakukan tugas dirumah ataupun disekolah, dan sangat tampak bahwa dirinya tidak bahagia. (Sunarto dan Agung Hartono, 2008: 91)
   Karena memang sedang terjadi perubahan beberapa kelenjar  pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya  perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuhnya, anak-anak remaja ini secara fisik sering kali merasa sangat tidak nyaman, misalnya ada keluhan, gelisah, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, sakit kepala, sakit punggung, dan sebagainya yang umumnya mencerminkan perasaan tidak nyaman karena tubuhnnya sedang bertambah  panjang. Gangguan ini lebih banyak menghinggapi anak perempuan dari pada anak laki-laki, bahkan beberapa anak laki-laki sama sekali tidak merasakan hal-hal yang disebutkan di atas. Semua gangguan itu tampaknya tidak mendorong anak remaja berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat. Pada saat ini, tampaknya hanya sedikit remaja yang mengalami kekurangan darah, yang lebih menonjol memang kurangnya nafsu makan, tetapi tidak mempengaruhi keadaan kimia darahnya. Bila sampai pada keadaan kekurangan darah maka anak akan mengalami gangguan karena adanya ketengan emosional. (Sunarto dan Hartono, 2008: 91)
   Anak-anak remaja ini tampaknya juga terlalu memperhatikan keadaan tubuhnya yang sedang mengalami proses perubahan. Tanggapan atas perubahan dirinya itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu mereka yang terlalu memperhatikan normal tidaknya dirinya dan mereka yang terlalu memikirkan tepat tidaknya kehidupan kelaminnya. Bila mereka memperhatikan teman sebayanya, kemudian ternyata dirinya berbeda dari mereka maka akan segera muncul pikirannya tentang normal tidaknya dirinya. Misalnya, hanya berbeda dalam hal kecepatan pertumbuhan sudah dapat menimbulkan kekawatiran dalam dirinya. Anak-anak yang tergolong cepat dan lebih awal tumbuh sering merasa khawatir bahwa pada masa dewasanya nanti tubuhnya akan terlalu tinggi, sedangkan anak yang tumbuh pendek sampai dewasa akan khwatir pertumbuhan dan kehidupan kelaminnya tidak akan berkembang normal. (Sunarto dan Hartono, 2008: 92)
   Bila mereka ketinggalan dari sebayanya dalam hal minat dan kegiatan lain, atau kurang berminat dalam kegiatan sebayanya, mereka terlalu khawatir apakah mereka akan pernah menjadi dewasa. Terlalu memperlihatkan keadaan kehidupan kelaminnya, juga merupakan hal yang biasa terjadi dalam tahap ini. Pada saat seorang mencapai masa remaja, dalam pikirannya telah terbentuk konsep tertentu mengenal wajar tidaknya kehidupan kelamin dalam penampilan seseorang. Konsep ini terbenyuk melalui pengalaman si anak sehari-hari misalnya dari televisi, bioskop, buku cerita, komik, atau dari orang-orang disekelilingnya yang dikagumi. Bila mereka berpendapat bahwa dirinya kurang memahami persyaratan, maka ia segera menentukan bahwa dirinya memang tidak wajar. Sayangnya konsep yang telah terbentuk ini sukar sekali dihilangkan bahkan mungkin dapat menetap seumur hidupnya. (Sunarto dan Hartono, 2008: 92)
   Salah satu dari beberapa konsekuensi dari masa remaja yang paling penting adalah pengaruh jangka panjangnya terhadap sikap, perilaku sosial, minat, dan kepribadian. Kalau sikap dan perilaku remaja kurang dapat diterima, yang sebenarnya merupakan salah satu ciri dari kehidupan remaja, dapat menghilang setalah tercapainya keseimbangan, maka keadaan ini tidak begitu parah. Pengaruh tidak nyamanya pada masa remaja yang paling menetap adalah dalam hal penyimpangan usia kematangan kelaminnya. Perkembangan kehidupan kelamin yang tidak wajar, akan menimbulkan pengaruh pada anak laki-laki dan juga pada anak perempuan, bahkan pengaruh itu tidak hanya terjadi di masa remaja bahkan dapat berlanjut lebih lama lagi. Bagi anak laki-laki yang mengalami perkembangan kelamin lebih awal, secara sosial lebih menguntungkan, sedangkan bagi anak perempuan tidak demikian halnya. Tinggi, berat, dan kekuatan tubuh yang jauh melebihi teman sebayanya bagi anak laki-laki akan dapat meningkatkan citra dirinya didepan teman sebayanya dari kedua jenis kelamin. Sebaliknya bila kematangan kelamin ini terlalu cepat terjadi pada anak gadis, maka ia akan memperoleh sebutan yang tidak menyenangkan. Keadaan ini seringkali menimbulkan pengaruh buruk pada anak perempuan, baik di masa remaja maupun di kemudian hari. Anak perempuan yang termasuk lambat dalam kematangan sebaiknya bagi anak laki-laki yang lambat kematangan kelaminnya; ia akan kehilangan kesempatan untuk menaikkan citra dirinya, kurang dihargai, dan seringkali diabaikan. (Sunarto dan Hartono, 2008: 93)
Remaja yang banyak perhatiannya kepada kelompok, perilaku remaja itu akan banyak dipengaruhi oleh perilaku kelompoknya. Kelompok remaja dapat terbentuk di dalam sekolah seperti pada kelompok olah ragam kelompok seni, kelompok belajar, dan semacamnya. Begitu pula kelompok remaja dapat terbentuk diluar sekolah, seperti kelompok olah raga, kesenian, pramuka, dan sebagainya. (Sunarto dan Hartono, 2008: 93)
Jenis kegiatan kelompok seringkali diterntukan oleh kelompok itu sendiri, sehingga banyak kegiatan yang bernilai positif juga terdapat kegiatan yang bernilai negatif. Kegiatan bernilai positif seperti olah raga, pramuka, dan seni dapat memupuk pertumbuhan fisik remaja, sedangkan yang bernilai negatif seperti ngebut, begadang malam hari, minum-minuman keras, dan semacamnya akan mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dengan demikian, pengembangan program kelompok ke arah kegiatan yang bernilai positif oleh para tokoh masyarakat dan sekolah, merupakan upaya untuk membantu para remaja dalam pertumbuhan fisik mereka. (Sunarto dan Hartono, 2008: 93)
Pengembangan kegiatan pramuka, penyelenggaraan senam kesegaran jasmani, dan pembiasaan hidup bersih perlu diprogram sebagai kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler di sekolah menengah, perlu diselenggarakan secara baik. Pembentukan kelompok belajar atas bimbingan guru merupakan kegiatan yang dapat membentuk mereka untuk belajar teratur dan tanggung  jawab. (Sunarto dan Hartono, 2008: 94)

D.  Usaha Membantu dalam Pertumbuhan Fisik dan Implikasi dalam Pendidikan
Bagi para orang tua ataupun tenaga pendidik agar mampu mengawasi perubahan pertumbuhan fisik pada remaja antara lain :
1. Menjaga kesehatan tubuh. Karena kesehatan tubuh berpengaruh penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik.
2. Memberikan makanan yang baik atau bergizi karena pertumbuhan fisik memerlukan zat-zat pembangun yang ada dalam makanan bergizi.
3. Mengingatkan mereka agar istirahat yang cukup.
4. Sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan remaja itu sendiri.
5. Di tempat sekolah, sebaiknya diadakan jam-jam olahraga bagi para siswa.


PENUTUP
A.   Kesimpulan
Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja.
      Pertumbuhan fisik remaja ditandai oleh (i) perubahan ukuran tubuh, yang selama masa remaja pertumbuhan tinggi badan bertambah 25% dan berat badan bertambah sekitar  200% atau dua kali lipat; (ii) proposi tubuh yang kurang proporsional; (iii) ciri kelamin utama, yaitu kematangan fungsi alat kelamin utama yang ada pada wanita mengalami menstruasi pertama dan pada laki-laki mengalami ”mimpi pertama”; dan (iv) ciri kelamin kedua  seperti pinggul melebar dan mencuatnya puting susu pada wanita dan tumbuhnya kumis dan jenggot serta bulu disekitar kelamin, dan membesarnya jakun pada laki-laki.

Minggu, 22 April 2012

Perkembangan Emosi, Sosial, Kreativitas dan Moral pada Masa Sekolah



PERKEMBANGAN MASA SEKOLAH
DAN PERMASALAHANNYA
PERKEMBANGAN EMOSI, SOSIAL, KREATIVITAS DAN MORAL


Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pembimbing : Itsna Iftayani, M. A.

  

Disusun Oleh :

1.            Anang Heri Susanto                         (102120074 / IV-C)
2.            Edwin Suhardi                                 (102120083 / IV-C)
3.            Izmi Barokatul Inayati                     (102120088 / IV-C)
4.            Kusnadi Abdillah                             (102120090 / IV-C)
5.            Rosialina Septiani                           (102120097 / IV-C)
6.            Widyanto Chandra Wibowo               (102120105 / IV-C)
7.            Yunita Putri Andhari                         (102120107 / IV-C)



PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2012


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perkembangan Masa Sekolah dan Permasalahannya (Perkembangan Emosi, Sosial, Kreativitas dan Moral)”.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang diampu oleh Ibu Itsna Iftayani, M. A.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan kerendahan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan guna perbaikan  pada masa yang akan datang  dan menambah wawasan serta pengembangan ilmu.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
                                                                                                       Purworejo,   Maret  2012


Penulis




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I    PENDAHULUAN ...................................................................   1
A.          Latar Belakang Masalah .............................................  1
B.          Rumusan Masalah.....................................................   1
BAB II   PEMBAHASAN .....................................................................   2
          A.    Perkembangan Emosi  ....................................................   2
B.    Perkembangan Sosial......................................................   6
C.    Perkembangan Kreativitas...............................................   8
D.    Perkembangan Moral........................................................ 10
BAB III PENUTUP ...........................................................................  13
A.    Kesimpulan .................................................................   13
B.    Saran .........................................................................   14
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Manusia lahir di dunia mengalami fase tumbuh dan berkembang. Fase ini bertahap mulai dari balita hingga dewasa. Dalam tahapan-tahapannya, manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan erat kaitannya dengan perkembangan. Perbedaannya, perkembangan melalui fase yang lebih kompleks.
Perkembangan menurut Libert, Paulus, dan Strauss (1990) yaitu proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang tampak.
Dewasa ini, anak tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan zaman. Hal ini dapat berakibat pada perkembangan emosi, hubungan sosial, kreativitas dan moralnya. Khususnya pada anak masa usia sekolah yaitu masa remaja. Masa ini rentan terhadap berbagai pengaruh yang datang baik dari luar maupun diri anak itu sendiri. Pengaruh ini dapat memberikan manfaat positif maupun negatif. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, terlebih dahulu kita perlu memahami tentang pengertian, faktor-faktor yang berpengaruh dan karakteristik perkembangan remaja dalam berbagai aspek. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai perkembangan emosi, hubungan sosial, kreativitas dan moral remaja.

B.       Rumusan Masalah
1.         Bagaimanakah perkembangan emosi remaja?
2.         Bagaimanakah perkembangan hubungan sosial remaja?
3.         Bagaimanakah perkembangan kreativitas remaja?
4.         Bagaimanakah perkembangan moral remaja?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Emosi

Kehidupan anak (remaja) penuh dengan dorongan dan minat untuk mencapai atau memiliki sesuatu. Banyak-sedikitnya dorongan dan minat seseorang mendasari pengalaman emosionalnya. Berikut ini akan dibahas mengenai pengertian emosi, karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja.

1.         Pengertian Emosi
Emosi merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi, dan menimbulkan suatu gejolak dalam batin seseorang. Perilaku kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh, perasaan-perasaan tertentu, seperti senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, atau sedih dan gembira. Perasaan yang terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut sebagai warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak jelas. Apabila warna efektif tersebut kuat, perasaan seperti itu dinamakan emosi (Sarlito, 1982:59). Beberapa contoh emosi yang lainnya adalah gembira, cinta, marah, takut, cemas, malu, kecewa, benci.
Emosi dan perasaan adalah dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan keduanya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Emosi dan perasaan merupakan gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat, warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat pula disebut sebagai emosi. Karena emosi dan perasaan tidak mudah untuk dibedakan. Pada saat emosi, sering terjadi perubahan-perubahan pada fisik seseorang, seperti :
a. Reaksi, elektris pada kulit meningkat bila terpesona.
b. Peredaran darah bertambah cepat bila marah
c. Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut 
d. Bernafas panjang kalau kecewa
e. Pupil mata membesar bila marah.
f.  Air liur mengering bila takut atau tegang.
g.  Bulu roma berdiri kalau takut.

2.  Karakteristik Emosi
Berikut ini akan diuraikan beberapa kondisi emosional pada remaja, seperti :
a.  Cinta atau kasih sayang
Ciri yang menonjol dalam kehidupan remaja adalah adanya perasaan untuk mencintai dan dicintai orang lain. Kapasitas untuk memberi sama pentingnya dengan kemampuan untuk menerima rasa cinta.
b.  Perasaan gembira
Rasa gembira muncul apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan menyenangkan. Remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila cintanya diterima oleh yang dicintai. Perasaan gembira inilah yang mendorong mereka menjadi giat dan bersemangat dalam kehidupannya.
c.   Kemarahan dan pernusuhan
Rasa marah dan permusuhan merupakan gejala emosional yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan menonjol dalam perkembangan kepribadian remaja. Banyaknya hambatan yang menyebabkan kehilangan kendali terhadap rasa marah, berpengaruh terhadap kehidupan emosional remaja. Rasa marah ini akan terus berlanjut jika keinginan, harapan, minat, dan rencananya tidak dapat terpenuhi.
d.  Ketakutan dan kecemburuan
Masa remaja telah mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut rasa ketakutannya. Banyak ketakutan baru yang muncul karena adanya kecemasan-kecemasan sejalan dengan perkembangan remaja itu sendiri. Remaja umumnya merasa takut hanya pada kejadian-kejadian yang berbahaya atau traumatik.

3.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukkan bahwa perkembangan emosi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960:266). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam memengaruhi perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain sebagai berikut:
a.  Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa remaja awal dibanding masa sesudahnya.
b.  Belajar dengan cara meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, remaja bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. Remaja yang suka ribut atau merasa populer di kalangan teman-temannya biasanya akan marah bila mendapat teguran gurunya.
c.   Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
d.  Belajar melalui pengondisian
Pengondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar, mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan metode pengondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka.
e.  Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Banyak kondisi sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan remaja dalam hubungannya dengan orang lain yang membawa perubahan-perubahan untuk menyatakan emosi-emosinya. Orang tua dan guru hendaknya menyadari perubahan ekspresi ini karena tidak berarti  emosi tidak lagi berperan dalam kehidupan mereka. Ia tetap membutuhkan perangsang-perangsang yang memadai untuk pengembangan pengalaman-pengalaman emosionalnya.

Goleman (1995) mengungkapkan lima wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari.

1.  Mengenali emosi sendiri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri.

2.  Mengelola emosi
Mengelola emosi berari menangani perasaan agar terungkap dengan tepat. Hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dapat dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat.

3.  Memotivasi diri
Dengan kemampuan memotivasi diri, seseorang cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.

4.  Mengenali emosi orang lain
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, ia akan trampil membaca perasaan orang lain.

5.  Membina hubungan dengan orang lain
Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan ketrampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki ketrampilan, seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial dan dapat menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, menganggu, atau tidak berperasaan.

B.       Perkembangan Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya. Mereka saling membutuhkan satu sama lain dalam kehidupan sosialnya. Berikut ini akan dibahas mengenai pengertian hubungan sosial, karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hubungan sosial remaja.

1.  Pengertian Hubungan Sosial
Sosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap kehidupan sosial. Menurut Piaget, interaksi sosial anak terbatas hanya dengan ibu dan ayahnya. Menginjak masa remaja, ia mampu berinteraksi sosial dengan teman sebaya terutama lawan jenisnya. Pada akhirnya pergaulan sesama manusia menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupannya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa hubungan sosial merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas sampai pada tingkat yang luas dan kompleks. Remaja yang bertambah dewasa tidak hanya memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi juga untuk berpartisipasi dan berkontribusi memajukan kehidupan masyarakatnya.

2.  Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
Perkembangan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Dalam hal ini terjadi krisis identitas diri, yaitu kepercayaan diri remaja terhadap penilaian orang lain tentang keberadaan dirinya. Remaja mulai membentuk kelompok-kelompok kecil maupun besar. Hal ini mengakibatkan terjadinya persaingan yang ketat karena masing-masing individu ingin terlihat menonjol. Remaja dalam mempertahankan dirinya cenderung mengutamakan solidaritas teman tanpa mempedulikan objektivitas kebenarannya.
Dalam proses penyesuaian diri, kemampuan intelektual dan emosional mempunyai pengaruh yang kuat. Saling pengertian kekurangan dan kelebihan masing-masing dan upaya menahan sikap menonjolkan diri atau dominasi terhadap pasangannya, memerlukan tindakan intelektual yang tepat dan kemampuan mengendalikan emosional.

3.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja
Perkembangan sosial remaja dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu keluarga, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental.
a.  Faktor keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang memberikan banyak pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan sosial anak. Keluarga merupakan media sosialisasi yang paling efektif bagi anak.
b.  Kematangan
Proses sosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk memberi dan menerima pandangan atau pendapat orang lain diperlukan kematangan intelektual dan emosional.
c.  Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial dipengaruhi oleh kondisi atau status sosial ekonomi keluarga. Masyarakat akan memandang seorang anak dalam konteksnya yang utuh dengan keluarga anak itu. Di lain pihak, anak akan memperlihatkan sebagaiman yang telah ditanamkan dalam keluarganya.
d.  Pendidikan
Pendidikan merupakan media sosialisasi yang terarah bagi anak. Pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk membentuk kepribadian anak agar mereka memiliki tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
e.  Kapasitas mental : emosi dan intelegensi
Kapasitas emosi dan kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, berbahasa, dan menyesuaikan diri terhadap kehidupan bermasyarakat. Perkembangan emosi dan intelegensi berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak.

C.      Perkembangan Kreativitas
Dalam era globalisasi sekarang ini, kemajuan teknologi dan komunikasi berkembang semakin pesat. Globalisasi menuntut remaja untuk mampu beradaptasi dan berpikir secara kreatif serta piawai mencari pemecahan masalah yang disebabkan oleh adanya globalisasi secara imajinatif dan inovatif serta kreatif. Berikut ini akan dibahas mengenai pengertian kreativitas, karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas remaja.

1.         Pengertian Kreativitas
Kreativitas dapat diartikan sebagai potensi yang terpendam yang berupa ide-ide baru atau hasil penyempurnaan yang muncul dari hasil imajinasi yang kemudian diberi sentuhan teknologi menjadi inovasi atau terobosan baru dalam memecahkan masalah. Imajinasi yaitu kemampuan dalam menciptakan gagasan atau gambaran mental dalam pikiran kita (visualisasi kreatif) untuk menciptakan citra yang jelas tentang sesuatu yang diinginkan tercapai.
Istilah kreatif dalam pandangan Islam, dapat diterjemahkan menjadi proses “ijtihad” yaitu mengeluarkan seluruh kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah apabila tidak ditemukan jawabannya pada konteks hukum yang ada (Al-Qur’an dan Hadis).

2.   Karakteristik Perkembangan Kreativitas Remaja
Seseorang yang kreatif akan berhasil mencapai gagasan mengenai pemecahan masalah, produk baru, metode baru dan sebagainya sesudah melalui empat tahap, yaitu :
a.  Tahap Persiapan
Dalam tahap ini ada dua faktor penting yaitu minat (interest) dan konsentrasi (concentration).
b.  Tahap Inkubasi
Selama masa inkubasi, tanpa disadari otak terus bekerja mencari solusi masalah yang sedang terjadi. Tubuh manusia memerlukan waktu istirahat untuk menyegarkan dirinya kembali. Ketika beristirahat inilah terjadi sintesis berbagai informasi yang sudah terkumpul.
c.   Tahap Iluminasi
Tahap ini merupakan tahap datangnya gagasan.
d.  Tahap Verifikasi
Tahap verifikasi yaitu tahap dimana pola berpikir analitis berperan untuk menguji manfaat hasil temuan yang diperoleh melalui proses kreativitas.

3.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kreativitas Remaja
Perkembangan kreativitas remaja dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
a.  Faktor Internal
Faktor yang mempengaruhi yaitu dari dalam diri sendiri. Kreativitas bergantung pada keterampilan dalam bidang dan berpikir kreatif, serta motivasi intrinsik untuk bertindak kreatif.
b.  Faktor Eksternal
Faktor lingkungan sosial dan psikologis berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas remaja. Lingkungan sosial  atau budaya yang mendukung secara kondusif akan terjadinya sebuah kreativitas.

D.      Perkembangan Moral
Berikut ini akan dibahas mengenai pengertian moral, karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja.

1.   Pengertian Moral
Moral merupakan ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1950:957). Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral juga mendasari dan mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertingkah laku.

2.   Karakteristik Perkembangan Moral Remaja
Salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukan remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari masyarakatnya. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep  moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman perilakunnya. Micheal mengemukakan empat perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu sebagai berikut:
a. Pandangan moral individu makin lama menjadi lebih abstrak.
b. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah.
c. Penilaian moral yang semakin kognitif mendorong remaja untuk berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
d. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral menimbulkan ketegangan emosi.
Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya dengan judul The Developmental of Model Think and Choice in the Years 10 to 16, seperti tertuang dalam buku Tahap-tahap Perkembangan Moral (1995), tahap-tahap perkembangan moral dapat dibagi sebagai berikut :
a.  Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini, anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Tingkatan ini dapat dibagi menjadi dua tahap:
1)        Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan
Anak semata-mata menghindarkan hukuman dan tunduk pada kekuasaan tanpa mempersoalkanya.
2)        Tahap orientasi relativis-instrumental
Perbuatan yang benar adalah cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di pasar (jual-beli). Terdapat elemen kewajaran tindakan yang bersifat resiproksitas (timbal-balik) dan pembagian sama rata, tetapi ditafsirkan secara fisik dan pragmatis.
b.  Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini, anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa. Ia memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Tingkatan ini memiliki dua tahap yaitu:
1)        Tahap orientasi kesepakatan antarpribadi atau orientasi
Pada tahap ini terdapat banyak konformitas terhadap gambaran stereotif mengenai perilaku mayoritas.
2)        Tahap orientasi hukuman dan ketertiban
Terdapat orientasi terhadap otoritas, aturan yang tetap dan penjagaan tata tertib atau norma-norma sosial. Perilaku yang baik adalah semata-mata melakukan kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata tertib sosial yang ada.
c.  Tingkat Pasca-konvensional (otonom atau berlandaskan prinsip)
Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan, nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut. Ada dua tahap pada tingkat ini, yaitu:
1)  Tahap orientasi kontrak sosial legalitas
Tahap ini sangat bernada semangat utilitarian. Perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran individual umum yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh seluruh masyarakat.
2)  Tahap orientasi prinsip etika universal
Hak ditentukan oleh keputusan suara batin, sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri dan yang mengacu pada komprehensivitas logis, universalitas, konsistensi logis. Prinsip ini bersifat abstrak dan etis.

3.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja antara lain :
a.  Lingkungan keluarga
Pada tahap ini pembentukan moral anak dipengaruhi oleh peran orang tua. Anak yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tuanya pada masa kecil cenderung untuk melakukan perbuatan yang melanggar norma sosial.
b.  Lingkungan sosial
Masyarakat memiliki peran penting dalam pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi sendiri untuk pelanggar norma sosial.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Emosi merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi, dan menimbulkan suatu gejolak dalam batin seseorang. Perkembangan emosi remaja ditandai dengan timbulnya rasa cinta atau kasih sayang, perasaan gembira, kemarahan dan permusuhan, ketakutan dan kecemburuan. Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukkan bahwa perkembangan emosi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960:266).
Sosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap kehidupan sosial. Perkembangan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Dalam hal ini terjadi krisis identitas diri. Perkembangan sosial remaja dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu keluarga, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental.
Kreativitas dapat diartikan sebagai potensi yang terpendam yang berupa ide-ide baru atau hasil penyempurnaan yang muncul dari hasil imajinasi yang kemudian diberi sentuhan teknologi menjadi inovasi atau terobosan baru dalam memecahkan masalah. Kreativitas ditandai oleh (1) Tahap Persiapan, (2) Inkubasi, (3) Iluminasi dan (4) Tahap Verifikasi. Perkembangan kreativitas remaja dipengaruhi oleh faktor internal yaitu dari diri sendiri dan faktor eksternal yaitu lingkungan sosial yang kondusif.

B.      
Saran

          Moral merupakan ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1950:957). Micheal mengemukakan empat perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu sebagai berikut: (1) Pandangan moral individu makin lama menjadi lebih abstrak, (2) Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang, (3) Penilaian moral yang semakin kognitif, dan (4) Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal. Pada tahap ini pembentukan moral anak dipengaruhi oleh peran  keluarga (hubungan orang tua dan anak) dan masyarakat.

1. Bagi remaja hendaknya memegang teguh prinsip kebenaran dalam perkembangan emosi, sosial, kreativitas dan moralnya sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
2.  Bagi orang tua dan pendidik sebaiknya memberikan pengarahan terhadap remaja dalam perkembangannya dengan fleksibel namun tegas dan terarah.
3.  Bagi masyarakat sebaiknya memberlakukan norma-norma yang sudah ada sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
4.  Bagi pemerintah hendaknya memberikan dukungan dalam berbagai aspek terhadap perkembangan remaja Indonesia dan permasalahan-permasalahannya agar dapat menjadi generasi penerus bangsa yang mampu bersaing secara nasional maupun internasional.

DAFTAR PUSTAKA
Enung, Fatimah. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung : CV. Pustaka Setia.

Veitzhal, Rivai. 2009. Education Management (Analisis Teori dan Praktik). Jakarta : Rajawali Pers.